Pelaporan pajak adalah kewajiban yang tak boleh diabaikan oleh individu maupun badan usaha. Namun dalam praktiknya, banyak kesalahan yang terjadi karena kelalaian, kurangnya pemahaman terhadap regulasi, atau sistem pelaporan yang rumit.
Kesalahan tersebut bisa berakibat pada denda administratif, audit lebih lanjut, atau bahkan kerugian finansial. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui potensi celah kesalahan dan langkah antisipatif agar pelaporan pajak Anda berjalan mulus dan sesuai aturan.
Artikel WNA Tax ini akan memberikan informasi berbagai kesalahan dalam pelaporan pajak sehingga Anda bisa mencegahnya.
Kesalahan Umum dalam Pelaporan Pajak
Ada beberapa kesalahan umum yang kerap terjadi seperti, di bawah ini:
Kelalaian Melaporkan Semua Sumber Penghasilan
Seringkali penghasilan hanya dari gaji saja yang dilaporkan, sementara penghasilan tambahan seperti honor, sewa, atau investasi diabaikan. Padahal semua sumber penghasilan harus dicantumkan agar perhitungan pajak tidak kurang bayar.
Memasukan Data yang Salah
Kesalahan ketik dalam memasukkan NPWP, nilai penghasilan, atau periode tahun pajak sering terjadi, terutama saat memasukkan banyak angka. Kekeliruan digit bisa menimbulkan status SPT lebih bayar atau kurang bayar.
Terlambat Melaporkan atau Membayar Pajak
Menunda pelaporan atau pembayaran hingga tenggat sering menyebabkan sanksi denda maupun bunga. Banyak wajib pajak melewati batas waktu tanpa menyadari konsekuensinya.
Tidak Menyelaraskan Laporan Keuangan dan Data Fiskal
Perbedaan antara catatan keuangan komersial dengan pengakuan fiskal (setelah koreksi fiskal) dapat menciptakan inkonsistensi. Hal ini sering terjadi bila perusahaan tidak melakukan rekonsiliasi rutin.
Melewatkan Insentif atau Potongan Pajak yang Sah
Beberapa wajib pajak tidak memanfaatkan insentif pajak, subsidi, atau potongan yang sebenarnya diperbolehkan atau justru salah menerapkannya. Akibatnya, beban pajak menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya.
Tidak Menyimpan Dokumen Pendukung dengan Baik
Transaksi tanpa bukti atau dokumen pendukung yang hilang bisa menyulitkan jika pemeriksaan pajak dilakukan. Penyimpanan dokumen seperti bukti potong, faktur, kwitansi, sangat penting.
Baca Juga: Transfer Pricing: Pengertian, Regulasi, dan Praktik di Indonesia
Strategi dan Langkah Praktis untuk Menghindari Kesalahan
Ada beberapa strategi praktis yang bisa dilakukan untuk menghindari kesalahan tersebut. Berikut ini adalah beberapa strateginya:
Perbarui Pengetahuan Pajak Secara Berkala
Peraturan pajak kerap berubah (tarif, insentif, mekanisme pelaporan). Mengikuti seminar pajak, membaca peraturan baru, dan berlangganan newsletter resmi membuat Anda tetap selaras dengan kebijakan terbaru.
Gunakan Sistem atau Software Akuntansi Terpercaya
Memanfaatkan sistem akuntansi atau aplikasi pajak yang telah terintegrasi dengan aturan DJP membantu mengotomatisasi perhitungan dan mengurangi human error.
Cek Ulang Data Sebelum Submit
Sebelum mengirim SPT secara elektronik (e-Filing), luangkan waktu untuk memeriksa ulang NPWP, nominal, periode, dan lampiran dokumen. Kolom-kolom kunci harus disinkronkan dengan dokumen fisik Anda.
Lakukan Rekonsiliasi Berkala
Bandingkan laporan keuangan internal dengan catatan pajak (PPh, PPN, potongan pajak) setiap bulan atau kuartal. Bila ada ketidaksesuaian, identifikasi penyebabnya lebih awal.
Manfaatkan Insentif dan Fasilitas Pajak
Telusuri insentif yang relevan dengan profil Anda atau perusahaan (misalnya insentif PPN, tax holiday, super tax deduction) dan pastikan persyaratannya dipenuhi agar bisa digunakan tanpa melanggar ketentuan.
Simpan Dokumen dengan Rapi dan Redundansi
Gunakan arsip fisik dan digital untuk menyimpan bukti transaksi, potongan pajak, faktur, kwitansi, dan laporan keuangan. Pastikan backup di tempat terpisah agar data tidak hilang.
Ajukan Pembetulan Bila Terjadi Kesalahan
Jika sudah terdokumentasi bahwa SPT yang dikirim mengandung kesalahan, maka ajukan pembetulan sesuai ketentuan DJP, sebelum audit dilaksanakan.
Kesalahan dalam pelaporan pajak bisa dihindari dengan sikap proaktif, tertib administratif, dan pemahaman yang cukup terhadap regulasi. Dengan menerapkan strategi yang tepat, Anda tidak hanya menghindari sanksi, tapi juga meneguhkan reputasi profesional. Itulah beberapa informasi yang bisa Anda ikuti semoga sedikit membantu menjadi lebih baik.